Notes

Books, Articles, Comments, Original scripts :



===================================================================
There was a tree trunk thus carved (I don't know if it was by Tjokot or one (if his carver sons or by an imitator of his style) at the Segara village Hotel, in a very light wood, and I thought highly of it. American collectors have been acquiring Tjokot's pieces as well as Njana's and Tilem's. Sir Robert Blackwood writes of Balinese carvers as "the world's finest craftsmen in wood".
1990

===================================================================
'Modern Indonesian Art' p.105, edited by Joseph Fischer, Berkeley California 1990, ada 2 gambar patung karya Tjokot & Nongos: [: I Nyoman Cokot, Two Demons Riding a Mythical Figure (Duo Setan Menuggangi Seekor Binatang), root wood; (: I Ketut Nongos, Kala and Paksi, 1973, root wood, 30 x 60 x 68 cm)]

correction:
->" Duo Setan Menuggangi..." it should be "Dua Setan Menunggangi..."
-> "Kala and Paksi" , approximately wasn't made by I Ketut Nongos, but I Wayan Sawat.




==================================================================

“ida bagoes tjote”
oleh / by
wayan sawat

# [tulisan Wayan Sawat, 19--: halaman ( pages ) :

TjeRITA = SAMUWA IDe BAGUS TjoTe
PURUSeWISeSA DIPANGGIL DIKUBURAN
SIMBUL TjAKeRe ADA BURUNG DUWA LAKI
TeRI SULe DAN PeRePUWAN
ULAR DJADI BURUNG iTEM
KAJU gintungan 1 TjAKeRe UTARA
KILAP PeTjUT ARi 2 DANDe
DANDe = TeRI SULe 3 ANGKUS BARAT LAUT
Omg K A R e TIMUR 4 TeRI SULe
LAUT KAJU GINTUNGAN
KAJU PINIS DeWANNe
Yang Sambu

[autograph: I Wjan Sawat]
BAjAR JATi
BALI

===================================================================

Matsushita, Picasso, dan Tjokot

Oleh : Gede Prama MBA

Apa yang Anda lakukan jika perekonomian dilanda resesi? Tentu, tidak
sedikit yang menjawab secara serempak dengan jawaban "menekan biaya".
Jawaban itu logis mengingat dalam situasi ketidakpastian yang semakin
tinggi akibat resesi, sesuatu yang pertama dikutak-katik adalah variabel
yang dapat dikontrok, bukannya penerimaan yang justru susah diramalkan
dalam keadaan begini.
Bagaimana Anda meramalkan perilaku bawahan dalam menerapkan rencana? Saya
yakin, banyak yang menggunakan peraturan tertulis sebagai ancangan. Hal ini
pun masuk akal. Sebab, perilaku karyawan dalam perusahaan banyak
dipengaruhi oleh aturan tertulis, dan penyimpangan berakhir dengan hukuman.
Bila Anda dituding dan dijadikan bulan-bulanan oleh bagian keuangan karena
target penjualan tidak tercapai terus-menerus, apa yang Anda perbuat?
"Mengkaji kembali produk kita," kata sejumlah peserta program MBA senior.
Jawaban yang rasional karena core competence dalam pemasaran terletak pada
produk yang dijual. Tapi, pernahkan terbayang dalam benak Anda, bahwa ada
sejumlah orang yang justru karena berpikir keluar dari apa yang disebeut
buku dan opini publik sebagai sesuatu yang logis, masuk akal, dan rasional?
Banyak praktisi bisnis yang merasa kalah sebelum berperang, jika diajak
menerapkan etika bisnis. Kenapa? "Kalau pesaing berjuang at all cost
sementara cepat atau lambat kita akan digilas," kata seorang putra mahkota
sebuah perusahaan besar. Bila kita menggunakan kerangka biaya manfaat dalam
mengkaji opini pengusaha ini, etika bisnis lebih banyak diletakkan pada
komponen biaya/beban yang tidak saja sedikit manfaatnya, tapi bisa menjadi
kelemahan yang mudah ditusuk lawan. Namun, Konosuke Matsushita berpikir
lain, dengan konsep "manusia tidak hanyak hidup dengan roti", beliau bahkan
berpikir sebaliknya dengan mencarai legitimasi etika justru pada bisnis itu
sendiri. Jika ada yang menghasilkan barang, tapi tidak ada yang menjualnya,
bisakah sebuah masyarakat makmur terwujud? Bila produksi dan distribusi
barang hanya dipercayakan pada niat baik penguasa, pernahkan kesejahteraan
bisa terealisasikan? Begitulah pertanyaan-pertanyaan Matsushita saat
mengawali toko alat-alat listriknya yang sekarang telah disulap menjadi
raksasa elektronika duni paling disegani.
Mengenai resesi, Matsushita juga berpikir terbalik. Pada masa depresi
tahun 1930-an, di mana orang dipaksa pelit agar survive, ia justru bersikap
boros. Kalau semua menahan uang, lantas produsen tidak bisa menjual barang,
kemudian pekerja kehilangan penghasilan, bukankah keadaan akan menjadi
lebih buruk?
Tapi, Matsushita tidak sendirian. Masih banyak tokoh lain yang sempat
disebut "gila" oleh orang-orang sezamannya. Ambil contoh Picasso. Ia juga
berpikir terbalik dari definisi logis, masuk akal, dan rasionalnya publik
saat itu. Kalau ia larut dalam kaidah-kaidah rasionalitas seni lukis saat
itu, mungkin dunia kesenian tidak pernah bisa menikmati keindahan lukisan
Picasso. Tjokot, seorang pematung Bali yang terkenal, juga punya pola pikir
yang demikian. Ketika Tjokot mengambil akar pohon besar untuk digunakan
sebagai bahan patung, jangankan tetangga dan masyarakat, saudaranya sendiri
pun tertawa.
Jika Tjokot saat itu malu karena tertawaan umum, lantas ikut dengan akal
sehat serta rasionalitas publik, mungkin tidak ada aliran tjokotisme dalam
dunia patung-mematung. Barangkali tidak pernah ada cerita mengenai patung
Tjokot yang langka dan mahal.
Dunia (baca: praktik bisnis) memang tidak selalu berjalan sesuai dengan
definisi akal sehat, logis, dan rasional sebagaimana tertulis dalam buku
atau sebagaimana dikenal sebagai opini publik. Kalau semua orang larut
dalam definisi buku dan opini publik, kekhawatiran Henry Mintzberg dalam
bentuk society has become unmanageable as result of management (masyarakat
menjadi tidak terkelola justru karena ilmu manajemen) bisa menjadi
kenyataan di Indonesia. Pasalnya, kita telah menjadi robot yang digerakan
olhe definisi manajemen, tanpa pernah mengenal kamus kreativitas.

Sumber: Prama, Gede, MBA, MA. (1996): "Refleksi Kepimpinan Bisnis, Praktek Kepimpinan Berdasarkan Air", 1996, Edisi Pertama, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

===================================================================
Bali Carving Maestro
Pameran Koleksi Bentara Budaya Jakarta Kompas Online
http://kdbalidesigns.tripod.com/gianyarubud.htm

http://www.balivision.com/Article_Resources/Tjokot.asp

===========================================================

===========================================================
===========================================================

BALI - HOTEL - I NYOMAN TJOKOT

============================================================

BALI QUALITY - NJOMAN TJOKOT

============================================================

Cokot : Akar Purba

I Nyoman Tjokot

Balinese Maestro: I Nyoman Tjokot

Bali Photography

Bali Arts

Bali Arts: carving

Cultural Heritage Conversation

Rijksmuseum voor Volkenkunde, Leiden: I Nyoman Tjokot


Start: Jul 27, '07 01:00a
End: Jul 29, '07 7:00p
Location: Jakarta
Larasati Auctioneers, working in association with Glerum S.E.A will stage its 16th sale featuring a fine collection of artworks at the CSIS Building on July 29, 2007. A preview of the auction will be held on 27 & 28 July.

A selection of over 180 paintings by Indonesian and Indo-European masters will be featured. Works by the founding fathers of modern Indonesian paintings such as Affandi, Hendra Gunawan and Sudjana Kerton will highlight the sale alongside painting by Holland’s Roland Strasser and some stunning works by today’s most sought Indonesian contemporary artists such as Nyoman Masriadi and Putu Sutawijaya.

A special section by Indonesian female artists is taking center stage for the first time at LARASATI. Among the highlights are works by established artist Astari Rasjid, the late I. G. A. Kadek Murniasih, and the younger generation such as Ayu Arista Murti and Ay Tjoe Christine.

Apart from important paintings by Masriadi and Sutawijaya, the new contemporary section will also feature significant works by Indonesia’s top contemporary artists such as Agus Suwage, Jumaldi Alfi, Wayan Suja, Redy Rahadian, and Pintor Sirait.

On the Balinese art, works by A. A. G. Sobrat and I Nyoman Tjokot will be offered side by side with today’s prominent Balinese artists such as A. A. G. Raka Puja, A. A. G. Anom Sukawati and I. G. A. Wiranata.